Konservasi dan Reklamasi lahan
PEMBUATAN
TERAS BANGKU
I.
PENGANTAR
I.A. Latar Belakang
Rupa muka bumi yang beragam yaitu
terdiri dari dataran tingi, rendah, dan lainnya memiliki pemanfaatan yang
berbeda-beda sehingga masing-masing
harus diolah secara khusus agar bermanfaat dan lestari. Budidaya
pertanian pada lahan pegunungan yang sesuai dengan kondisi alam seyogyanya
menerapkan sistem usahatani (SUT) konservasi yang tepat. Konservasi adalah
upaya pengendalian erosi dari lahan pertanian berlereng secara vegetatif dan
mekanis, jenis tanaman yang ditanam sebagai bagian dari teknik pengendalian
erosi adalah elemen yang tidak terpisahkan dari SUT.
Teknik
pengendalian erosi harus diterapkan, karena dampaknya menyangkut seluruh DAS,
dan untuk keberlanjutan produktivitas SUT itu sendiri, jenis tanaman yang
ditanam dan kombinasinya dapat berubah sesuai dengan permintaan pasar.
Teras bangku atau teras tangga dibuat
dengan cara memotong panjang lereng dan meratakan tanah di bagian bawahnya,
sehingga terjadi deretan bangunan yang berbentuk seperti tangga. Teras
adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan penggalian dan
pengurugan tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah, guludan, dan
saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi dengan bangunan
pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan terjunan air yang tegak
lurus kontur
I.B. Tinjauan Pustaka
Teras adalah bangunan konservasi tanah
dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau
memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah
melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan
aliran permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan
tanah berkurang (Atmadja, 2004).
Manfaat teras adalah mengurangi
kecepatan aliran permukaan sehingga daya kikis terhadap tanah dan erosi
diperkecil, memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung dan
mengendalikan kecepatan dan arah aliran permukaan menuju ke tempat yang lebih
rendah secara aman (Yuliarta et al, 2002).
Teras bangku adalah serangkaian dataran
yang dibangun sepanjang kontur pada interval yang sesuai. Bangunan ini
dilengkapi dengan saluran pembuangan air (SPA) dan ditanami dengan rumput untuk
penguat teras. Jenis teras bangku ada yang miring ke luar dan miring ke dalam. Pemeliharaan
teras bangku dilakukan dengan: (a) mengeruk tanah yang menimbun (menutup)
selokan teras, (b) memelihara guludan dan talud dengan cara memperbaiki bagian
yang longsor, (c) mengulam dan memangkas tanaman penguat teras dan tanaman
talud (Priyono et al, 2002).
Teras bangku atau teras tangga dibuat
dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di bagian bawah sehingga
terjadi suatu deretan bentuk tangga atau bangku. Teras jenis ini dapat datar
atau miring ke dalam. Teras bangku yang berlereng ke dalam dipergunakan untuk
tanah-tanah yang permeabilitasnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak
segera terinfiltrasi tidak mengalir ke luar melalui talud. Teras bangku sulit
dipakai pada usaha pertanian yang menggunakan mesin-mesin pertanian yang besar
dan memerlukan tenaga dan modal yang besar untuk membuatnya (Arsyad, 1989).
Ondol-ondol atau gawang segitiga terbuat
dari kayu atau bambu, terdiri dari dua buah kaki) yang sama panjang (A = B =
2 m), sebuah palang penyangga (C = 1 m), benang (D), dan
pemberat (ondol-ondol, E), Pada bagian tengah palang diberi tanda untuk menentukan
bahwa kedua ujung kaki ondol-ondol terletak pada posisi yang sama tinggi. Untuk
mempermudah melakukan pengukuran pada palang penyangga (C) dapat dipasang waterpas
sebagai pengganti ondol-ondol (Sutono et al., 2005).
II.
METODOLOGI
Pada
praktikum acara V ini dilakukan pada hari Sabtu 12 Januari 2013 di Imogiri.
Adapun peralatan yang diperlukan antara lain : meteran, ajir, palu, selang
plastic transparan (+ 2m), pisau cutter/ belati, spidol permanen,
klonometer, plastik/ karung, raffia, dirigen plastic dan corong, serta sekop/
cangkul.
Cara
kerja yang dilakukan yaitu pertama menentukan ukuran teras lalu dilanjutkan
dengan pembuat garis kontur. Penentuan ukuran teras pertama-tama ditetapkan
titik awal lahan yang akan diteras, kemudian diukur panjang lereng dengan
menggunakan meteran (P m). Setelah itu diukur kemiringan lereng dengan
klinometer. Bila tidak ada klinometer, dapat dilakukan dengan cara dua orang
(sam atinggi, missal X) berdiri pada jarak yang diketahui (missal L), kemudian
orang (di atas memandang lurus horizontal (ke depan), dan memperkirakan berapa
tinggi titik di atas orang 2 sampai ke permukaan tnah (misal H) maka kemiringan
lereng (α⁰) adalah
sin α = (H-X)/L. Langkah selanjutnya yaitu menghitung jumlah teras (J) dengan
menggunakan rumus J= (P sin α) / t , kemudian ditentukan lebar teras menggunakan
rumus L= t / sin α. Setelah itu patok
ditancapkan searah panjang lereng (sesuai lebar teras) sebagai titik awal
(ujung) garis kontur.
Pembuatan
garis kontur, digunakan sebagai garis ujung bidang teras yaitu ditentukan
dengan metode kerangka A dan metode leveling sederhana. Dalam praktikum yang
dilaksanakan digunakan metode kerangka A. Metode
kerangka A menggunakan alat (alumunium) yang berbentuk huruf A dengan gantungan
pemberat (bandulan besi) ditengahnya. Kerangka A dapat juga dibuat dari ranting
kayu atau bambu. Ujing tali pemberat (bandul) diikatkan ada
ujung kerangka A. Kemudian salah satu kaki kerangka A diletakkan di titik awal
garis kontur. Gerak-gerakkan kaki kerangka A yang lain sehingga tali berpemberat
berada + di tengah-tengah kerangka A. Beri tanda dengan spidol posisi
tali pemberat. Langkah selanjutnya posisi kaki kerangka A diganti posisi kaki 1
menempati posisi kaki 2 dengan mengamati posisitali pemberat, dan diber tanda
lagi. Titik tumpu (titik tengah) kerangka A berada di anara dua tanda tersebut,
dan beri tanda silang (x) dengan spidol. Kerangka “A” di jalankan kearah
pemotong lereng, yaitu dengan memutar kaki kerangka secara bergantian. Agar
didapatkan garis kontur yang benar, maka posisi TALI PEMBERAT dalam setiap langkah selalu berada sedekat mungkin
dengan TITIK TUMPU kerangka “A” .
Beri tanda dengan patok berwarna di bekas kaki kerangka “A”. Ulangi beberapa
kali untuk menentukan garis kontur yang lain dan akhirnya dibuat garis kontur
tersebut.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
yang didapat yaitu kemiringan lereng yang diukur menggunakan klinometer memiliki
kemiringan >45⁰
artinya adalah sebenarnya lereng ini tidak boleh diusahakan untuk persawahan
(usaha tani) melainkan harus untuk konservasi (hutan) agar tidak terjadi
longsor. Lereng kemudian di bagi menjadi menjadi 3 bagian yang masing-masing
ditentukan ukuran teras dan pembuatan garis konturnya. Kemudian garis kontur
dibuat dengan metode kerangka “A” yaitu menggunakan alat dari alumunium
berbentuk A dengan bandulan besi
pemberat yang tergantung ditengahnya. Titik awal garis kontur ditentukan dan
alat dijalankan mengikuti arah kontur dan diberi patok tiap langkah alat hingga
terbentuk masing-masing garis kontur pada ketiga teras bangku. Hasil tiap
langkah alat tidak simetris sehingga harus ditarik garis imajiner yang
sekiranya mewakili garis kontur. Didapatkan garis kontur yang paling
bergelombang adalah bagian ke dua (tengah) karena paling miring posisinya serta
medannya bergelombang dan berbatu.
Selanjutanya adalah dilakukan pembuatan
bangunan teras. Dari reverensi yang didapat pembuatan bangunan teras dilakukan
dengan cara: (a) membuat arah teras dengan menggali tanah sepanjang larikan
patok pembantu, (b) memisahkan lapisan tanah atas yang subur dengan mengeruk
dan menimbunnya sementara di sebelah kiri / kanan di tempat tertentu, (c)
menggali tanah yang lapisan olahnya sudah dikeruk mulai dari deretan patok
pembantu sebelah atas sampai kepada deretan patok as, dengan bentuk galian.
Tanah galian ditimbun ke lereng sebelah bawah patok as sampai ke deretan patok
pembantu di sebelah bawah, (d) tanah timbunan dipadatkan dengan cara
diinjak-injak. Permukaan bidang olah teras dibuat miring ke arah dalam sebesar
sekitar 1 %, (e) tanah lapisan olah yang semula ditempatkan di tempat tertentu,
ditaburkan kembali secara merata di atas bidang olah yang telah terbentuk, (f)
pada ujung teras bagian luar (bibir teras)dibuat guludan setinggi 20 cm dan
lebar 20 cm. Di bagian dalam teras dibuat selokan selebar 20 cm dan dalam 10
cm. Dasar selokan teras harus lebih tinggi 50 cm dari tinggi dasar saluran
pembuangan air, (g) talud teras dibuat dengan kemiringan 2:1 atau 1:1
tergantung pada kondisi tanah. Talud bagian atas (bagian urugan) ditanami
rumput makanan ternak atau jenis tanaman penguat teras yang lain. Adapun gambar
ilustrasi pembuatan teras bangku adalah sebagai berikut :
Pada lereng yang diamati ini, dipilih
bentuk teras bangku, karena dilihat dari kemiringannya yang lebih dari 40⁰,
karena teras bangku tidak cocok digunakan pada tanah yang dangkal, pada tanah yang
lapisan bawahnya (subsoil) mempunyai kandungan alumunium yang tinggi, dan pada
tanah yang mudah longsor seperti grumusol (vertisol). Cara pengecekan garis
kontur teras bangku secara mudah adalah seperti yang dilakukan oleh petani,
yaitu dengan cara melihat aliran air hujan dan dimana air hujan terkumpul
disanalah akan dibuat teras.
Keuntungan teras bangku adalah: (a)
efektif dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan, (b) menangkap tanah
dalam parit-parit yang dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu
dapat dikembalikan ke bidang olah, (c) mengurangi panjang lereng, dimana setiap
2 – 3 meter panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi
kecepatan air mengalir menuruni lereng, (d) dalam jangka panjang akan
meningkatkan kesuburan tanah, (e) bidang olah yang agak datar memudahkan petani
melakukan budidaya tanaman utama, (e) tanaman penguat teras dapat menjadi
sumber pakan ternak, bahan organik untuk tanah dan kayu bakar. Pemeliharaan
teras bangku dilakukan dengan: (a) mengeruk tanah yang menimbun (menutup)
selokan teras, (b) memelihara guludan dan talud dengan cara memperbaiki bagian
yang longsor, (c) mengulam dan memangkas tanaman penguat teras dan tanaman
talud.
IV.
KESIMPULAN
1. Konservasi
yang diterapkan pada lereng saat praktikum lapangan (>45⁰) adalah dengan
pembuatan teras bangku.
2. Jumlah
teras bangku yang dibuat adalah tiga buah teras (atas, tengah, bawah) yang
masing-masing memiliki garis kontur berbeda-beda.
DAFTAR
PUSTAKA
Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB-Press.
Bogor.
Atmadja, 2004. <http://www.litbang.deptan.go.id/regulasi/one/12/file/BAB-IV.pdf> Diakses 5 Februari 2013.
Priyono et al, 2002<http://www.dephut.go.id/informasi/propinsi/JAMBI/teras_guludan.html> Diakses 5 Februari 2013.
Sutono, S., Dariah,
Agus, F., Husen, E. 2005. Teknik Konservasi Tanah dan Air Pengendali Bantuan
Penghijauan dan Reboisasi Pusat. Jurnal
Konservasi Tanah Balai Penelitian Tanah, Bogor) 3: 25-34.
Yuliarta et al. 2002. Teknologi Budidaya pada
Sistem Usahatani Konservasi. Grafindo. Jakarta.
Comments
Post a Comment